Seragam Kebesaran


Pertama kali seragam ini ku kenakan dibadan, rasa bangga, rasa hebat, rasa paling keren, rasa beda, rasa lebih taste, rasanya nanceb banget, he..he..,he.. kemaroklah gitu. Ehm..ehm..(Hai pembaca lihat aku ! keren nggak sih, maklum aku terlanjur GR).
Warnanya biru tua dengan kancing baju dari logam berwarna kuning emas dan logo berwarna kuning putih hitam di dominasi dua sayap, dua bilah mandau saling miror, dan sebuah obor menyala merah ditengah logo. Baju dan bawahan berwarna putih – putih, perpaduan yang bagus. (aku suka yang blue-blue gt)
Hari pertama itu mengharui biru perasaanku, imajinasiku sebagai seorang mahasiswa baru di sebuah universitas terkemuka didaerah ini, seolah aku bagai seorang selebritis akan segera terwujud, pikiranku menbuat sekenario sebebas bebasnya.
Aku ingin segera mendapat aplous atau pujian atau sejenisnyalah dari orang-orang disekitarku, ketika dengan seragam itu. Ku tunggu…ku tunggu …ku nanti…hingga aku kecewa, ternyata seragam ini tidak memberi nilai tambah pada nafsu selebritisku, dia hanya membuat aku beda dari hari-hari yang lalu dan aku terasing dari lingkunganku.
Pulang kuliah dilanjutkan Ospek tahap lanjutan, jam 14.30 wib aku sudah di kamar kost kukunci kamar, kunyalakan AC eh..eh Kipas Angin (peninggalan teman sekampung yang baru wisuda),
Perlahan kuletakkan tubuh keringku di sehelai tikar dari daun pandan, ah… nyaman .., tapi tiba teman mahasiswi kamar sebelah menangis, ia menceritakan pada teman kostnya bahwa beberapa seniornya mengatakan baju kebesarannya jelek, baju kebesarannya kebesaran , aku malu sekali, sambil melanjutkan tangisnya. Oh thank you Allah, tidak aku sendiri yang kecewa atas seragam kebesaran ini.
Aku berdandan ala kadarnya, rambut dengan secolet jeli mandom kusisir gaya funky sikit, ku kenakan seragam kebesaran kampusku yang sudah kupermak (dikecilin) kemarin sore, tas rangsel dan Bismillah…aku berangkat dengan PDnya. Tiba-tiba, “ aduh tampannya bang Salie”, aku menoleh ke Syukron Cafe kearah suara itu datang, dan seorang muslimah cantik berkulit putih, mata sipit, tinggi semampai seperti orang Jepang saja, terakhir aku tahu namanya Mira Lie asal Singkawang yang di tinggal suaminya orang Taiwan (kawin kontrak). Aduh mengapa mesti yang janda .. oh My God.
Pada penutupan Ospek tahap lanjut, ada seorang pembicara dari kalangan pimpinan fakultasku, orang berwibawa, antara lain menyinggung masalah baju kebesaran, dari ceramah dapat saya simpulkan sbb:
a. Jaket seragam kalian ini sama warnanya dengan warna seragam narapidana di salah satu penjara di daerah ini.
b. Seragam Kebesaran kalian ini banyak yang benar-benar kebesaran (kedodoran), asal jahit saja yang penting untung.dan tidak ada lembaga untuk komplain.
c. Seragam Kebesaran telah membesarkan kantung pembesar di kampus ini.(he..he…hek)
d. Seragam Kebesaran ini menunjukan kita setengah hati mengamalkan Bhineka tunggal ika.
e. Seragam Kebesaran ini berarti kita tanamkan pada gerasi muda tradisi meliterisasi.
f. Dengan Seragam seperti ini kita sulit memilah dan melilih mana yang kaya dan mana yang miskin.
g. Dengan seragam ini kamu dapat dihargai, dimaki atau diplasa orang lain.
h. Dengan Jaket kebesaran ini kamu bisa tidur nyenyak dan lupa kuliah.
i. Seragam ini dapat mempersatukan kita membesarkan negara ini…..
Tepuk tangan riuh mengakhiri pertemuan ini tapi aku sendiri tak tahu makna dari tepukan itu.

Salie Kasman, Kenangan remaja dari Kampus Biru

0 komentar:

Blog Edukatif

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP