Panggung Sandiwara





















Lagu panggung Sandiwara itu begitu saja aku ikuti dengan gumam perlahan hampir tak berbaris dan tak bernada, padahal penyanyi dadakan yang cantik-cantik itu sudah sudah bertaruh nyawa menjaga nada-nadanya agar tak berderai. Ingin aku jujur pada kamu, sebenarnya lagu 1 lagu sebelum itu lebih menganai hatiku, tapi kalau kita bahas itu nanti malah membuat aku terlalu GR (gede rasa), xie...xie...xie...
Sambil aku berdiri tercancang di depan pintu kantorku, aku masih bergumam, mungkinkah lagu itu bermakna buat sang penyanyi, bermakna buatku?
Mengapa sih mesti ada panggung sandiwara segala, bukankah itu berarti munafik. Oh tidak, itu tidak munafik bung ! asal dalam koridor kita berperan (acting) sebagai seseorang tertentu, dengan karakter tertentu pula.
Syair lagu itu mengatakan Dunia ini panggung sandiwara, berarti hewan dan tumbuhan sedang ikut pula beracting, apalagi manusia, jin, setan dan bakhkan mahkluk renik lainnya. Oh monyet juga ikut loh lihat saja bintang reklame pada salah satu produk Kartu telepone selulair.
Mari kita coba impropisasi, kita kolaborasi, manaj dengan bingkai panggung sandiwara yang modern, sembari kita suntikan jarum akidah dan kita lindungi dengan tameng akhlak, dengan tangga yang lurus, kuat dan indah.
Kapan sandiwara ini berahkir sobat? Kamu jawab dengan hati masing-masing, saya udah tahu jawabmu "Tak tahu". Mengapa ? Karena kita sudah nyandu jadi pemeran sandiwara itu.
Minimal dapat popularitaslah (biar lancar kalau jadi caleg nanti he..he...he...).
Tiba-tiba tulisan aku berahkir disini karena sentakan nada lagu kehidupan lain yang berserakkan membuatku buntu.
Ya sudah Sobat !
Yo uWIS OJO ceriwis,
Dasar sandi....... wara, ya gitu lah Sobat.
Harap maklum yo bule'



0 komentar:

Blog Edukatif

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP