DPR-RI, Perlu TOLAK BALA di SENAYAN

Yang tak suka silahkan keluar atau sidang kami tutup ! Ini urusan kami.
Aduh lagi-lagi DPR-RI.
Bukan main reaksi masyarakat terhadapa DPR-RI kali ini, hal ini dipicu mulai dari oknum anggota DPR-RI menganggap Direksi pertamina bagai satpam dan dereksi belum cukup umur.
Sampling telepone Editorial Pagi Metro TV (kamis, 20-2-09) yang belum dapat dikatakann mewakili populasi itu bangsa, tapi sangat vulgar dan sedikit lepas kontrol.
Disini ada beberapa reaksi yang dapat ditangkap dan disimpulkan dari responden interaktif dari Medan, dari Duri Riau, dari Jakarta dll , sbb :
DPR itu bagai kumpulan binatang yang dipelihara. DPR adalah kumpulan orang yang bertingkah bagai seperti binatang.
Bubarkan saja DPR-RI, tingkah lakunya hanya bikin pusing, keluh dari penelepon dari Medan.
DPR-RI sebagai tuan rumah tidak punya etika, seharusnya mereka menghormati tamunya, siapapun dia, sekali lagi tamu harus dihormati. Bila perlu di suguhi makanan kecil dan secangkir teh (red)
DPR-RI selalu tak sadar diri, bagai gajah diseberang lautan tampak, jarum di pelupuk mata tak terlihat.
DPR-RI kalau rapat , baca koran, mengantuk sampai tidur, SMS sampai telepon, ngobrol sesama teman, emosi jika ditanya apalagi di kritik.
DPR-RI perlu disediakan Psikiater/Psikolog, agar dapat sewaktu memeriksa anggota yang stress dan bicara ngawur.
Masih banyak lagi reaksi yang terlontar, ruar biasa memang, berani, vulgar dan tetap PD.
Menurut penulis mestinya masyarakat tetap menaruh hormat pada DPR-RI sebagai institusi Politik yang syah dan resmi, memang ini sangat sulit dilakukan masyarakat, terlepas dari apa yang dikerjakan DPR dan oknum anggotanya yang neko-neko. Ya minimal komentar itu terukur, sopan santun (gaya Indonesia), proposional, tidak mengkait-kaitkan dengan persoalan lain apalagi aib yang sudah terjadi dan sudah ditutup (aib yang sudah ditutup oleh Allah pada malam hari jangan dibuka lagi pagi harinya –Al-Qur’an, jangan buka aib saudaramu Al-hadists).
Anngota DPR-RI juga manusia, hormati hak-hak azasinya dan kita juga tunjukkan pada dunia bahwa kita juga memiliki marwah dan martabat.
Sebenarnya sebuah lembaga sebesar DPR-RI tidaklah mesti berbuat celah, walaupun itu dilakukan tanpa jemaah, kalaupun dilakukan perseorangan janganlah sampai terjadi hal yang diluar ukuran, bahkan sampai tak terukur masyarakat.
Cacat celah itu tidak terlepas dari berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal yang selalu mengiring pejabat dan lembaga publik.
Dari sekian faktor yang paling dominan adalah Peranan Ketua DPR-RI yang tingkah pola, tindak tanduknya, tutur katanya, sopan santunnya, unggah ungguhnya, silat lidahnya, silang pendapatnya, terhadap segala persoalan yang terjadi yang memerlukan kearifbijaksanaan yang ektra ketat dalam Main Frame dan koridor yang yang berlaku.
Ada suatu benang merah yang dapat di rasakan yaityu ada tuntutan yang mengalir deras dalam benak bangsa ini, agar DPR-RI sebagai lembaga untuk minta maaf pada seluruh bangsa Indonesia atas semua perbuatan yang memalukan selama ini secara tranfaran dan tidak merasa benar sendiri dan Arogan lagi,
Rakyat harus maklum juga atas kondisi trauma panjang dari penderitaan DPR-RI yang dikebiri selama 32 tahun dibawah rezim Soeharto, sampai mandul tak mampu membuahi istri sendiri, kondisi kesehatan kini baru beberapa tahun mengalamioperasi kelamin dan baru dapat berfungsi kembali, dasar kemarok kaleeee….
Memang gitu dan seolah wajar kalau Anggota DPR ada yang jadi Pemerah susu di BUMN, ada yang jadi Kucing Garong di rumah sendiri, ada Yang jadi kuda binal lokalisasi atau kuda troya di dunia politik. Iiiiiihhhhhhhhhhh……seremmmm.
Sekedar saran buat Bung Ketua, coba pengajian rutin, syukuran, atau yang riak sikit Buat Acara Tolak Bala Di Senayan, masuk ke APBN.
Aduh prihatin buat wakil ku duh…duh…. Duhhhh



0 komentar:

Blog Edukatif

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP