Perayu Baru di Pinggir Jalan

Pak Rohmad Temanku ini seorang guru disebuah sekolah di jalan A. Yani Pontianak. Setiap hari pulang pergi mengajar selalu menggunakan sebuah sepeda motor.
Pagi ini ia datang lebih awal, sambil Standing-kan sepeda motornya ditempat yang aman, motor, tersenyum beliau tak henti henti, sendirian lagi. Kawan2 mulai bereaksi atas tingkah laku pak Rohmad
”Mengapa tersenyum sendiri kawan ” kata pak Rum kepada pak Rohmad.
”Nggak..... Cuma saya geli pada orang- orang yang posternya mejeng di pinggir jalan, kemarin dulu, semua berimpit-impit sibuk merayu semua pengguna jalan, tapi kini semua minggir dicabut dan tercampak, bahkan ada yang terinjak-injak ditepi jalan,” jawab pak Rohmad sambil tetap tersenyum.

Dari penggalan dialog antara kedua temanku tadi dapat kubaca beberapa hal yang terjadi,


Pertama, yang berimpit-impit sibuk merayu adalah para caleg agar kita memilihnya, bukan PSK yang banting harga obral, bukan

Kedua, photo para caleg ini kini banyak diturunkan dari daerah yang dilarang.

Ketiga, Banyak Caleg tidak tahu, tidak mau tahu atau sengaja melanggar peraturan kampanye dan perda. Kalau seperti ini, bagaimana akan mewakili rakyat, wah....,wah...... bise berabe seperti kate bang Benyamin S.

Keempat, Banyak caleg karbitan hanya ikut-ikutan sekedar untuk memenuhi syarat veripikasi yang ditetapkan oleh KPU

Kelima, Banyak caleg mendompleng popularitas tokoh lain sekedar untuk mejeng bersama pakai jas dan dasi pinjaman, alat dompleng bisa tokoh sejarah, tokoh masyarakat, tokah pesantren (KH), tokoh partainya, bapaknya, saudaranya bahkan anaknya. Tapi mereka tak PD tampilkan diri sendiri.

Keenam, Makin banyak orang yang menganggap dari pencalegkan sampai proses PEMILU sekarang ini sebagai dagelan politik atau sekedar Prime Time atau Extravaganza kehidupan berbangsa dan bernegara. Bayangkan pelanggaran jalan terus tanpa tindakan yang jelas dan tranparan terhadap partai atau caleg yang melakukan pelanggaran. Padahal KPU memiliki perangkat yang komplit untuk itu.

Ketujuh, Kampanye dinilai terlalu panjang hingga banyak menelan biaya, terutama bagi negara dan caleg. Juga berpengaruh terhadap besarnya uang yang beredar, hal ini mempengaruhi inflasi.

Kedelapan, masih banyak masyarakat yang masa bodoh pada proses PEMILU, hal ini perlu di waspadai karena kemungkinan banyak yang GOLPUT.

Kesembilan, Diperlukan perundang-undangan yang mengatur mendompleng popularitas, Banyaknya dan besar ukuran poster yang boleh di pajang agar lebih adil antara caleg kaya dan miskin dan GOLPUT

Wahai Yth Bapak/Ibu Para Caleg ”hati-hatilah”, dalam buat sejarah bangsa ini.


0 komentar:

Blog Edukatif

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP