Membangun Kepercayaan Berbasis Ketiak (MKBK)

Percaya atau tidak terhadap judul diatas, penulis tidak memasalahkan hal itu, ini hanya sebuah opini yang realitasnya penulis bisa ungkap dari pengalaman hidupnya.
Indonesia memiliki SDM yang Super hebat secara individual, tetapi menjadi masalah Nasional ketika dipertanyakan kinerja TIM, gagal terus. Tidak ada saling percaya yang terbangun dalam kerja tim. Padahal sudah berbagai upaya dilakukan mulai out bound, latihan dasar kepemimpinan, upgrading organisasi dll.
Dapatkah anda mempercayai teman dekat anda tidak akan menjaili “ gelitik”ketiak anda, ketika anda tidur “ayam” telentang dan buka ketiak pula?
Bertahun-tahun kita bangun dengan dana besar cabang-cabang olah raga yang erat kaitannya dengan buka-bukaan ketiak, misalnya cabang bulu tangkis. Belum banyak atlit pada cabang olah raga yang satu ini orang yang berkulit sawo matang atau hitam manis. Mengapa sih hanya ras tertentu saja yang dapat menjadi atlit nasional di cabang ini, ini bukan rasis atu diskriminasi tapi ini nyata lho. Apa mereka tidak memberi kesempatan pada sikulit sawo matang dan hitam manis? Mari positif thinking terhadap persoalaan ini! Bukan itu sekedar persoalan, tetapi permasalahan genetik dan mental. Secara genetik mata orang perkulit sawo matang dan kulit hitam manis lebih lebar dan besar, sehingga konsentrasi dan fokus terhadap benda kecil yang bergerak cepat seperti bulu tangkis kurang dapat diantisipasi secara akurat dibanding mata yang sipit. Tak kalah penting adalah mental kita yang masih sungkan atau risih mengangkat tangan hingga ketiak kita terbuka, hal ini mempengaruhi kekuatan pukulan dan smes kita.
Ketika anda dibangku sekolah, apakah anda tidak merasakan keanehan yang terjadi ketika guru mengabsen siswi dan diminta tunjuk tangan. Mereka tunjuk tangan tanpa mengangkat tangan karena segan membuka ketiaknya, mungkin ketiak mereka basah atau bau atau mental kita belum siap. Hal ini kebiasaan yang terbawa terus di masyarakat yang dapat menjadi karakter.
Buka ketiak memang berarti buka aurat bagi wanita bung ! oleh sebab itu hal ini mempengaruhi kepercayaan dari pemimpin/pelatih berikan amanah pada seorang atlit.
Didepan orang yang kita percayapun, kita masih belum percaya untuk membuka ketiak dengan PeDe walau dalam balutan pakaian yang Islami, apalagi seperti You Can See model pakaian belum/tak popular di Indonesia.
Coba kita telusuri sejarah hidup kita. Kita yang sejak kecil atau bayi disusui dengan air susu ibu (ASI) sebenarnya sudah terbiasa dengan benda yang namanya ketiak, yaitu ketiak ibu kita. Setiap kita menyusu pada ibu, kita selalu atau kadang-kadang melihat, mencium dan menikmati hangatnya ketiak ibu kita. mengapa kita sejak kecil tidak pernah protes terhadap bau ketiak ini, karena pada even ini, disini telah terbangun kedekatan, kebutuhan, perasaan percaya dan perasaan melindung antar ibu kepada anaknya.
Kedekatan “Dibawah ketiak“ seseorang pada orang yang lain menjadi sangat penting dalam sistem pembinaan, dalam sitem rekruitment, dalam sistem keamanan sistem, dalam kaderisasi dan kesinambungan generasi dari priode ke priode walau demikian tanpa mengabaikan tuntutan kompetensi serta profesionalisme (metode pendekatan individu)
Seiring pertumbuhan dan perkembangan dan bertambahnya umur, perasaan itupun mengalami perubahan yang terus menerus sehingga menjadi karakter mental kita.
Bicara ketiak memang bisa berarti negatif, maupun positif bahkan bisa berarti netral saja, terserah anda mengapresiasikannya.
Mungkinkah kita dapat membangun kepercayaan berbasis ketiak ?

0 komentar:

Blog Edukatif

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP